Tetap Berbuat Baik, Allah satu satunya Penilai

Sangguru.id Seringkali kebaikan terasa berat, bukan karena ia sulit dilakukan, melainkan karena terlalu banyak mata yang menilai dan lidah yang menebak niat. Di tengah kehidupan yang serba cepat ini, keikhlasan sering disalahpahami. Berbuat baik dianggap mencari pujian, sementara diam dituduh tak peduli. Akhirnya, ketulusan kehilangan ruang untuk bernafas, seolah setiap langkah kebaikan harus diuji oleh pandangan orang lain. Padahal, yang paling tahu isi hati hanyalah Tuhan, bukan mereka yang sibuk menafsirkan dari kejauhan.

"حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ"
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 173)

Kalimat ini menjadi penguat bagi hati yang goyah karena salah paham manusia. Dunia kini bergerak begitu cepat dalam menilai, tetapi lambat dalam memahami. Kita terlalu sering membaca wajah, namun lupa mendengarkan isi hati. Dalam hiruk-pikuk penilaian sosial, banyak orang kehilangan keberanian untuk berbuat baik, takut disalahartikan atau dicurigai. Padahal, kebaikan sejati tidak menuntut pengakuan ia hanya membutuhkan niat yang jujur dan batin yang tenang. Setiap amal yang lahir dari hati yang ikhlas akan tetap bernilai di sisi Allah, meski tak pernah terlihat oleh manusia.

 

Maka biarlah kita tetap menyalakan cahaya, meski kadang dianggap menyilaukan. Sebab, tidak semua cahaya datang untuk memamerkan diri — ada yang hadir sekadar ingin menerangi. Berbuat baik tanpa pamrih mungkin tak selalu disambut hangat, tapi hati nurani akan menemukan ketenangannya sendiri. Karena kebaikan sejati tidak mencari tepuk tangan, melainkan kedamaian dalam diam. 

0 Response to "Tetap Berbuat Baik, Allah satu satunya Penilai"

Posting Komentar