Dengan Hati, Bukan dengan Prasangka

 


Kadang, kebaikan terasa berat,
bukan karena ia sulit dilakukan,
tapi karena terlalu banyak mata yang menilai,
terlalu banyak lidah yang menebak niat.

Berbuat baik, dibilang mencari pujian.
Diam, dibilang tak peduli.
Lantas di mana ruang bagi ketulusan
jika semua hati dicurigai?

Mungkin dunia kini terlalu cepat menilai,
dan terlalu lambat memahami.
Kita sibuk membaca wajah,
tapi lupa mendengar isi hati.

Padahal,
tak semua cahaya datang untuk menyilaukan —
ada yang sekadar ingin menerangi.

Maka biarlah,
aku tetap berbuat baik,
meski tak selalu dipercaya,
karena aku tahu,
hati nurani tak butuh tepuk tangan,
hanya butuh tenang.

0 Response to "Dengan Hati, Bukan dengan Prasangka"

Posting Komentar