Menata Hati dengan Mengingat Allah

 Dalam hidup, kita sering sibuk menata banyak hal—pekerjaan, rencana masa depan, penampilan, bahkan pandangan orang lain terhadap kita. Namun, ada satu hal yang sering terabaikan padahal paling menentukan arah langkah: menata hati.

 

Hati yang tidak tertata mudah tersulut amarah, cepat kecewa, dan sulit bahagia. Ia dipenuhi prasangka, iri, dan penyesalan. Tapi hati yang tertata adalah hati yang mengenal makna ikhlas. Ia tidak menuntut semua berjalan sesuai keinginan, karena ia tahu: takdir Allah selalu lebih indah dari rencana manusia.

Menata hati bukan berarti tidak boleh sedih. Justru, hati yang tertata bisa menangis tanpa kehilangan arah. Ia mampu tersenyum di tengah ujian karena yakin, setiap luka pasti membawa hikmah. Setiap kehilangan adalah ruang bagi Allah untuk menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.

Berhentilah menyalahkan orang lain atas kegelisahanmu. Tenang bukan berarti semua baik-baik saja, tapi karena kamu percaya Allah sedang menata sesuatu di balik yang belum kamu mengerti.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Ayat ini mengajarkan bahwa ketenangan sejati bukan berasal dari dunia luar—bukan dari harta, jabatan, atau pujian manusia—melainkan dari dalam hati yang selalu terhubung dengan Allah. Hati manusia pada dasarnya mudah gelisah: resah saat kehilangan, takut saat masa depan belum pasti, dan sedih ketika harapan tak sesuai kenyataan. Namun, semua kegelisahan itu akan luluh saat hati kembali mengingat siapa pemilik segalanya.

Zikir bukan sekadar lantunan lisan, tapi kesadaran penuh bahwa Allah selalu dekat. Saat hati diliputi duka, mengingat Allah menghadirkan rasa aman. Saat dunia terasa berat, mengingat Allah memberi kekuatan untuk bertahan. Dan ketika nikmat melimpah, mengingat Allah menjaga kita dari kesombongan.

Mengingat Allah adalah seni menata hati di tengah kerumitan hidup. Ia membuat jiwa tidak mudah goyah, pikiran tidak mudah kusut, dan langkah tetap teguh. Hati yang dipenuhi zikir akan memandang hidup dengan jernih; bukan karena hidupnya tanpa masalah, tapi karena ia tahu, setiap masalah datang bersama pertolongan.

Maka, jika hatimu mulai lelah, jangan buru-buru mencari pelarian. Kembalilah pada Dzat yang menciptakan hati itu sendiri. Sebab, hanya di hadapan-Nya segala keresahan menemukan maknanya, dan hanya dengan mengingat-Nya, hati akan benar-benar tenteram.

0 Response to "Menata Hati dengan Mengingat Allah"

Posting Komentar