sangguru.id Dalam perjalanan hidup dan profesi sebagai guru, sering kali kita berhadapan dengan situasi yang tidak sesuai harapan. Murid yang sulit diatur, rekan kerja yang kurang memahami, hingga kebijakan yang terasa tidak adil. Di saat seperti itu, banyak dari kita belajar tentang satu kata yang sederhana, tapi dalam maknanya: ikhlas.
Ikhlas bukan berarti berhenti berjuang. Bukan pula tanda kita lemah atau menyerah. Ikhlas adalah tentang menerima apa yang terjadi, sembari tetap melakukan yang terbaik dengan hati yang lapang. Seorang guru yang ikhlas tidak menuntut balasan dari murid, tapi merasa cukup ketika melihat mereka tumbuh dan berhasil.
Ikhlas Itu Proses
Ikhlas tidak datang seketika. Ia butuh latihan, seperti menata ulang hati setiap kali kecewa. Kadang kita sudah merasa ikhlas, tapi ketika kenangan itu muncul lagi, hati kembali terasa berat. Dan di situlah prosesnya — mengikhlaskan lagi dan lagi, sampai hati benar-benar tenang.
Sebagaimana kata bijak:
“Ikhlas itu ketika kamu tidak lagi peduli siapa yang tahu kebaikanmu, karena kamu tahu Tuhan selalu tahu.”
Ikhlas di Ruang Kelas
Bagi seorang guru, ruang kelas adalah tempat paling nyata untuk mempraktikkan keikhlasan. Mengulang pelajaran dengan sabar untuk murid yang belum paham, memberi perhatian pada anak yang sering terlambat, bahkan tersenyum ketika lelah — semua itu bagian dari ikhlas.
Ikhlas membuat kita tetap punya energi, meskipun apresiasi kadang tidak datang. Ia membuat kita tetap berbuat baik tanpa perhitungan, karena kebaikan itu sendiri sudah menjadi bagian dari diri.
Menemukan Damai dalam Keikhlasan
Ketika kita belajar ikhlas, hidup menjadi lebih ringan. Tidak lagi sibuk membandingkan diri, tidak lagi menunggu pengakuan. Hati yang ikhlas tahu bahwa setiap usaha tidak pernah sia-sia, selama dilakukan dengan niat yang benar.
Mungkin inilah yang membuat profesi guru begitu istimewa: setiap hari adalah kesempatan untuk berlatih ikhlas — dalam mengajar, membimbing, dan mencintai tanpa pamrih
💬 Refleksi Hari Ini:
“Apakah aku sudah melakukan yang terbaik hari ini tanpa berharap imbalan apa pun selain ridha Tuhan?”
0 Response to "Ikhlas: Melepaskan, Bukan Menyerah"
Posting Komentar